Anak adalah pribadi yang unik, tentu berbeda karakter
antara anak yang satu dengan lainnya. Seiring dengan keunikan pada setiap anak,
orangtua diharapkan dapat mengajarkan dan menanamkan akhlak yang baik didalam
diri anak sejak anak masih usia dini. Karena, pada usia dini akhlak anak akan
lebih mudah untuk dibentuk dan dapat melekat dalam diri anak sampai anak
dewasa.
Akhlak adalah daya atau kekuatan jiwa yang mendorong
perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan lagi. Dengan
demikian akhlak pada dasarnya adalah sikap yang melekat pada diri seseorang
secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan (Anwar, 2015:155).
Terdapat beberapa karakteristik akhlak. Karakteristik
akhlak dapat dilihat dalam berbagai
dimensi dan hubungan. Di antaranya adalah akhlak kepada Allah, akhlak kepada
manusia, dan akhlak kepada lingkungan. Akhlak kepada Allah dapat diwujudkan
dalam beribadah kepada Allah seperti shalat, berdzikir dan berdoa. Akhlak
kepada rasul ialah melaksanakan segala sunnahnya. Akhlak kepada manusia dapat
diwujudkan pada diri sendiri seperti sabar, syukur dan tawadhu’. Akhlak kepada
ibu bapak dapat diwujudkan dengan berbuat baik kepadanya. Akhlak kepada
terhadap keluarga keluarga yaitu mengembangkan kasih sayang diantara anggota
keluarga yang diungkapkan dalam bentuk hubungan. Akhlak kepada lingkungan hidup
yaitu menjaga kelestarian alam dan lingkungan.
Sejak
manusia dilahirkan, ia telah dibekali oleh Allah kemampuan mengenal baik
dan buruk. Allah Swt telah mengilhamkan kemampuan tersebut
kepada manusia. sebagai dinyatakanNya dalam Q.S. asy-Syam: 91 ayat 7-8 sebagai
berikut:
وَ نَفْسٍ وَّ مَا سَوّٰىهَاﭪ)۷ ( فَاَلْهَمَهَا
فُجُوْرَهَا وَ تَقْوٰىهَاﭪ)۸(
“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada
jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.” (Depag
RI, 2009:595)
Dalam
surat asy-Syam ayat 7-8 sebagaimana yang dikutip oleh Masganti menjelaskan
bahwa setiap diri diberi oleh Allah, mana jalan yang buruk, yang berbahaya,
yang akan membawa celaka supaya jangan ditempuh dan bersamaan dengan itu
diberinya pula petunjuk mana jalan yang baik, yang akan membawa selamat dan
bahagia dunia dan akhirat. Setiap orang diberi akal buat menimbang, diberikan
kesanggupan menerima ilham dan petunjuk. Semua orang diberitahu mana yang
membawa celaka dana mana yang akan selamat. Itulah tanda cinta Allah kepada
hamba-Nya (Masganti, 2019:84).
Kata
akhlak tentu tidak terlepas dari kata moral dan etika. Moral juga sering
disinonimkan dengan etika, yang berasal dari kata ethos dalam bahasa Yunani Kuno, yang berarti kebiasaan, adat,
akhlak, watak, perasaan, sikap, atau cara berfikir. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia etika diartikan sebagai (1) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang
buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak), (2) kumpulan asas atau
nilai yang berkenaan dengan akhlak, dan (3) nilai mengenai benar dan salah yang
dianut suatu golongan atau masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989:
237).
Dari
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa moral adalah suatu ajaran kebiasaan
yang melekat didalam diri individu berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan
yang dibuat oleh suatu masyarakat yang dapat diterima secara umum. Dimana masyarakat menjadi standar dalam
menentukan baik-buruknya suatu perbuatan tersebut.
Sejalan dengan itu, Al-Qur’an
telah memberikan gambaran yang jelas mengenai pendidikan akhlak pada anak-anak (Zamroni, 2017:250). Menurut Amin Zamroji,
terdapat 3 (tiga) karakteristik akhlak, diantaranya:
1.
Akhlak
kepada Allah
Sebagaimana firman Allah
Swt dalam surah Luqman (31`) ayat 13 yang berbunyi:
وَ اِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِه وَ هُوَ یَعِظُه
یٰبُنَیَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِﳳ-اِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِیْم
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada
anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah
kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar". (Depag RI, 2009:412)
Ayat tersebut menyatakan bagaimana
seharusnya para orang tua mendidik anaknya untuk mengesakan penciptanya dan
memegang prinsip tauhid dengan tidak menyekutukan Tuhannya. Anak-anak hendaklah
diajarkan untuk mengerjakan shalat. Sehingga terbentuk manusia yang senantiasa
kontak dengan penciptanya.
Kemudian, anak-anak hendaklah diajarkan untuk mengerjakan shalat. Sehingga
terbentuk manusia yang senantiasa kontak dengan penciptanya. (Shihab, 2000:127)
2.
Akhlak
kepada Orang Tua
Allah memerintahkan kepada umatnya
untuk senantiasa bersikap baik kepada kedua orangtua. Hal ini sesuai firman
Allah dalam QS. Luqman (31) ayat 14 :
وَوَصَّیْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَیْه-حَمَلَتْهُ
اُمُّه وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّ فِصٰلُه فِیْ عَامَیْنِ اَنِ اشْكُرْ لِیْ وَ لِوَالِدَیْك-اِلَیَّ
الْمَصِیْرُ
“dan
Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya;
ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”. (Depag RI, 2009: 412)
Islam mendidik anak-anak untuk selalu berbuat baik terhadap orang tua
sebagai rasa terima kasih atas perhatian, kasih sayang dan semua yang telah
mereka lakukan untuk anak-anaknya. Al-Ghazali menegaskan bahwa seorang anak
haruslah dididik untuk selalu taat kepada kedua orang tuanya, gurunya serta
yang bertanggung jawab atas pendidikannya. Hendaklah menghormati mereka serta
siapa saja yang lebih tua daripadanya, agar senantiasa bersikap sopan dan tidak
bercanda atau bersenda gurau dihadapan mereka. (al-Ghazali, 2016:197)
3.
Akhlak
kepada Orang Lain
Dalam
akhlak kepada orang lain, terdapat dalam firman Allah dalam surah Luqman (31)
ayat 18 yang berbunyi:
وَ لَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَ لَا
تَمْشِ فِی الْاَرْضِ مَرَحًا-اِنَّ اللّٰهَ لَا یُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْ
Dan
janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Depag RI, 2009:412)
Ayat tersebut mengisyaratkan agar berbuat baik dan sopan santun dengan
sesama manusia, yaitu dilarang untuk memalingkan mukanya yang didorong oleh
penghinaan dan kesombongan. Kaitannya dengan kehidupan bermasyarakat. Anak-anak
haruslah dididik untuk tidak bersikap acuh terhadap sesama, sombong atas mereka
dan berjalan dimuka bumi ini dengan congkak. Karena perilaku-perilaku tersebut
tidak disenangi oleh Allah dan dibenci manusia. (Shihab, 2018:139)
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa cara mengajarkan akhlak kepada anak tidak cukup hanya dengan suruhan ataupun perintah saja. Anak cenderung meniru orang dewasa baik guru maupun orang tua dan lingkungan sekitarnya. Oleh sebab itu, sebaiknya perbuatan-perbuatan yang baik yang bisa ditiru oleh sang anak perlu diberikan salah satunya dengan cara anak berada di lingkungan yang positif. Agar sang anak mampu mengikuti perbuatan-perbuatan positif seperti yang ada di lingkungan tempat anak tinggal.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghazali, Imam. (1976). Ihya’Ulumiddin Terj. Prof. Tk. H. Ismail Yakub MA-SH., Jakarta: CV. Faizan.
Anwar, Husnel. (2015). Pendidikan
Agama Islam untuk Perguruan Tinggi (Al-Islam).
Depag RI. (2009). Al-Qur’an dan Terjemah. Bandung: Sygma Exagrafika.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Sit,
Masganti dan Raisah Armayanti. (2019). Modul Panduan Orang Tua: Model
Parenting Islami Pada Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini. Medan: Perdana
Publishing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar